Upaya Bersama Memerangi Globalisasi Dengan Islam

Sabtu, 15 Februari 2014
Posted by Unknown
Globalisasi adalah istilah yang muncul dalam bahasa Inggris dan Perancis sejak sekitar sepuluh tahun lalu. Istilah ini tidak digunakan untuk menyifati sesuatu bahwa keberadaan atau terwujudnya sesuatu itu telah berskala global di sebagian besar penjuru dunia, tetapi digunakan untuk menyatakan bahwa ada satu atau beberapa pelaku ekonomi yang bermaksud mengglobalkan sesuatu. Misalnya, ada satu perusahaan tertentu yang mengadopsi kebijakan produksi yang memandang seluruh dunia sebagai tempat yang layak untuk memproduksi barangnya. Kemudian perusahaan itu benar-benar memproduksi barangnya di satu atau beberapa negara dengan biaya produksi yang lebih rendah daripada di negara lainnya. Pada saat itulah, dikatakan bahwa perusahaan tersebut telah mengglobalisasikan produknya.

Globalisasi menekankan pada privatisasi, anti intervensi negara dalam ekonomi, dan kepercayaan absolut pada mekanisme pasar yang muncul bersamaan dengan bangkitnya paham neoliberalisme di Amerika Serikat pada masa Presiden Ronald Reagan dan di Inggris pada masa PM Margaret Thacher. Secara paksa agenda globalisasi ini diimplementasikan atas negara-negara berkembang lewat badan-badan dunia seperti WTO, IMF dan Bank Dunia.

Apakah globalisasi berhasil mewujudkan kemakmuran? Jawabnya, iya, jika yang dimaksudkan adalah kemakmuran untuk negara-negara Barat. Mereka memang menikmati kemakmuran yang luar biasa. Sebaliknya, masyarakat di negara-negara dunia ketiga tetap hidup dalam kemiskinan dan keterbelakangan. Salah satunya adalah Indonesia, yang sudah hampir habis kekayaan alamnya dikeruk oleh mereka dan mengakarnya gaya hidup hedonisme. Padahal globalisasi hanyalah istilah kosong yang tidak memberi kontribusi apa pun bagi dunia, khususnya dunia Islam, kecuali hanya memberikan jalan bagi imperialisme untuk terus mencengkeram dan mengeksploitasi dunia.

Maka, jangan sampai ada seorang pun yang lalai dari pengaruh seruan dan propaganda yang memutarbalikkan fakta ini, dari kedok globalisasi yang digunakan untuk menutupi hakikat sebenarnya di negeri mana pun yang sedikit di dalamnya terdapat orang-orang yang sadar dan bertangung jawab dari kecenderungan penduduknya untuk mengikuti seruan-seruan tersebut dari media massa, serta dari meratanya ketidaktahuan masyarakat akan masalah ini.

Invasi globalisasi ini memang tidak memakai kedok agama, namun invasi ini sebenarnya lebih daripada invasi-invasi yang dilakukan atas nama agama, misalnya upaya misionaris melakukan kristenisasi di negri-negri muslim. Karena misinya tidak terlalu kentara, sehingga banyak masyarakat yang tidak menyadari sedang diserang dan dijajah oleh sebuah ideologi yang mengerikan.

Globalisasi sebagai sebuah gagasan tidak boleh dipahami secara lugu sebagai sekadar proses menyatunya berbagai belahan dunia akibat kemajuan yang luar biasa dari teknologi komunikasi dan informasi. Globalisasi bukan sekadar proses integrasi perekonomian nasional ke kancah perekonomian internasional. Sebab hakikatnya globalisasi adalah bentuk lain dari imperialisme Barat juga, khususnya atas umat Islam di negri-negri muslim, yakni proses universalisasi ideologi Kapitalisme, utamanya di bidang ekonomi, melalui pemaksaan prinsip-prinsip neoliberalisme oleh badan-badan dunia seperti IMF, WTO, dan Bank Dunia yang sengaja dibentuk melancarkan semua usaha dominasi dan eksploitasi bangsa-bangsa yang lemah (seperti Indonesia). Harapannya, seluruh dunia memeluk ideologi ini sebagai satu-satunya ideologi yang diklaim absah menjadi pemenang sejarah, khususnya setelah kehancuran Komunisme tahun 1991.

Di Indonesia, globalisasi dan liberalisasi makin jauh masuk, utamanya melalui LoI (Letter of Intent) tahun 1998 yang ditandatangani bersama oleh Soeharto, presiden Indonesia ketika itu, dan Camdessus, mewakili IMF, menyusul krisis moneter yang melanda Indonesia. Di antara butir LoI adalah penghapusan subsidi, privatisasi, dan liberalisasi. Beberapa butir penting itu kini sudah dilaksanakan. Subsidi pupuk dihapus, begitu juga BBM yang membuat melambung terus harganya. Tentu saja rakyat sangat menderita karena hal ini. Artinya, melalui tangan IMF dan para kompradornya di dalam negeri Indonesia, kapitalisme global bisa masuk dengan legal dan leluasa untuk menghisap kekayaan Indonesia. Apa yang akan kita katakan selain itu merupakan penjajahan atau imperialisme ekonomi?

Sumber daya alam menjadi sasaran empuk tindak eksploitasi kapitalis global. Liberalisasi itu di antaranya terjadi pada kasus migas di blok Cepu. Pemerintah Indonesia yang tetap memperpanjang kontrak dengan Exxon Mobil di ladang migas di blok Cepu yang dikabarkan mempunyai cadangan sebanyak 1,2 miliar barel yang semestinya berakhir 2010. Inilah globalisasi yang tidak lain berwujud imperilisme ekonomi demi kepentingan eksploitasi sumber daya ekonomi.

Secara ringkas dapat dikatakan bahwa kolonialisme, modernisasi, dan globalisasi adalah agenda negara-negara kapitalis yang telah terbukti tidak membawa kebaikan kepada dunia. Kegagalan ini wajar, karena semua agenda itu memang bukan bertujuan untuk memberikan kebaikan kepada dunia, melainkan bertujuan untuk menindas sesama manusia demi kepentingan bisnis pemilik kapital/modal.

Karena itu, Kapitalisme sesungguhnya telah gagal. Namun, meski kekuatannya mulai keropos, ia masih cukup kuat untuk menindas dan menekan umat Islam di negeri-negeri muslim. Akan tetapi, saat ini umat sudah mulai terbuka matanya, tidak lagi cinta pada semua bentuk penindasan itu, sebaliknya semakin membenci dan muak.

Dengan demikian, sesungguhnya harapan umat manusia hanya tinggal satu, yakni Islam. Sudah semestinya, sejarah memberikan kesempatan pada Islam. Cepat atau lambat, suka atau tidak suka, ideologi Islam akan tampil kembali ke muka bumi. Umat Islam tidak bisa terus-menerus ditekan untuk mengikuti ideologi yang menjauhkannya dari agamanya. Umat juga tidak mungkin terus-menerus diajak untuk menghindar dari kewajiban untuk mewujudkan Islam sebagai tatanan hidup di dunia.

Dialah (Allah) Yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama walaupun orang-orang musyrik benci. (QS. as-Shaff [61]: 9).

Sumber : http://detikislam.com/share/opini/upaya-bersama-memerangi-globalisasi-dengan-islam/

Akhir-akhir ini kita dibuat prihatin dengan maraknya tawuran antar pelajar, merebaknya pemakaian narkoba di kalangan remaja, pergaulan bebas diantara remaja, dan beberapa tindak kejahatan yang melibatkan anak remaja. Apa sebenarnya yang salah dengan negeri ini, sehingga banyak remaja Indonesia terjerumus kepada sikap dan perilaku yang menyimpang dari nilai-nilai agama, moral, dan etika?

Padahal sebagai generasi harapan bangsa, remaja diharapkan kelak menjadi pemimpin yang akan membawa kemajuan dan kesejahteraan bagi bangsanya. Namun dengan kondisi remaja seperti yang tergambar di atas, bagaimana kita bisa berharap banyak pada kaum remaja? Tak bisa terbayangkan bagaimana kondisi negara kita di masa depan bila kaum remaja sekarang ini berperilaku menyimpang, malas, semaunya sendiri, tidak mengindahkan moral dan etika, serta melanggar hukum.

Banyak faktor yang melatarbelakangi rusaknya mental dan kepribadian kaum remaja di negeri ini. Faktor itu meliputi; pendidikan, lingkungan sosial, ekonomi, seni-budaya, dan lain sebagainya. Era globalisasi yang ditandai dengan kemajuan di berbagai bidang terutama dalam bentuk transformasi teknologi informasi dan budaya memberi dampak signifikan bagi perubahan watak dan perilaku kaum remaja. Intensitas penggunaan internet dan video game yang meningkat di kalangan anak-anak dan remaja turut memberi andil.

Sekarang ini kita bisa melihat begitu banyak remaja yang suka bergaya, berperilaku, dan meniru artis asing. Contohnya korean style yang sedang mewabah di kalangan remaja. Ironisnya, hal itu juga diikuti remaja muslim. Memang, kegiatan meniru sang idola bagian dari pembentukan pribadi remaja dalam tahap pencarian jati diri. Dalam ilmu psikologi hal itu sah saja selama kegiatan meniru bernilai positif. Namun yang disayangkan, lebih banyak kegiatan meniru itu justru bernilai negatif dan berpotensi merusak mental kepribadian remaja.

Pasalnya, apa yang mereka tiru dan ikuti tidak selaras dengan norma maupun nilai-nilai agama, sosial, dan budaya yang dianut di negeri ini. Sebagai negara yang mayoritas beragama Islam dan berbudaya ketimuran sangatlah tidak sesuai bila mengikuti budaya asing, khususnya barat, yang cenderung liberal, hedonis, dan permisif. Mengembangkan pemikiran yang maju dan modern seperti yang dilakukan kaum reformis Barat boleh saja dilakukan selama tidak menafikan nilai-nilai moralitas yang ditanamkan oleh agama dan kultur sosial setempat.

Islam mengajarkan umatnya untuk mencari ilmu sampai ke negeri China, belajar hingga akhir hayat, dan mengembangkan potensi dalam upaya meningkatkan kesejahteraan di dunia selama tidak menyalahi syariat agama. Semestinya kaum remaja muslim jangan hanya sekadar sebagai penonton, peniru, atau pengekor. Remaja muslim harus menjadi pembaharu, pemikir, dan pioner bagi kemajuan masyarakat dunia. Seperti yang dulu pernah dilakukan oleh ilmuwan Islam seperti Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, Al-Biruni, Al-Khawarizmi, Ibnu Ismail Al Jazari, dan banyak lagi yang lainnya.

            Allah Ta’ala berfirman :

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar”. (QS. Ali Imran: 110). Ayat di atas sangat jelas menyiratkan bahwa umat Islam adalah umat terbaik di dunia. Karena umat Islam yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya senantiasa berbuat terbaik bagi dirinya, lingkungannya, dan sesama.

Untuk mewujudkan visi sebagai umat terbaik, maka diperlukan upaya pembentukan karakter muslim yang kuat. Hal ini harus dilakukan melalui pendidikan sejak usia dini atau kanak-kanak, remaja, hingga dewasa. Dalam hal ini peran orang tua, guru, dan pemerintah sebagai penyedia fasilitas sangat besar sekali dalam pembentukan watak dan kepribadian seorang muslim.

Pembentukan Karakter Remaja Islami

Untuk membentuk karakter remaja islami yang cerdas, mandiri, tangguh, berakhlakul karimah, amanah, dan tawaduk tidak hanya dilakukan melalui pendidikan formal seperti di sekolah atau pesantren. Pendidikan dan penanaman nilai-nilai islami justru dimulai dari lingkungan keluarga. Dalam hal ini orang tua memikul tanggung jawab dan peran utama mendidik anak. Orang tualah yang menentukan mau dijadikan seperti apa dan diarahkan ke mana jalan hidup anak.

Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda:  “Setiap (anak) yang dilahirkan (pasti) dilahirkan di atas fitrah, kedua orang tuanyalah yang membuat dia jadi Yahudi atau Nasrani atau Majusi” (HR. Abu Hurairah). Hadist ini menekankan pentingnya tugas orang tua dalam mengawali pendidikan pada anaknya. Orang tua mesti mengenalkan Islam secara dini, karena dengan memeluk agama Islam dan menjalankan syariat dengan benar akan menjadi benteng sekaligus penyelamat bagi hidupnya, baik di dunia maupun di akherat.

Allah Ta ‘ala berfirman: “Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anaknya, demikian pula Yaqub. (Ibrahim berkata): ‘Hai anak-anakku, Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam.” (QS. Al-Baqarah: 132). Selanjutnya keyakinan pada agama Islam ini dikuatkan dengan pelajaran tauhid, yakni penghambaan dan penyerahan diri kepada Allah SWT.

Allah Azza Wa Jalla berfirman: “Katakanlah: ‘Sesungguhnya Shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).” (QS. Al-An’am: 162-163). “Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak pula bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetaphan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan yang lain tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh dia telah sesat dengan kesesatan yang nyata.” (QS. Al-Ahzab: 36).

Setelah pelajaran tauhid ini tertanam kuat pada diri sang anak, barulah kemudian diajarkan tentang akhlak, ilmu pengetahuan, ketrampilan, dan segala hal yang menyangkut kehidupan di dunia. Mengenai pendidikan akhlak ini kita bisa mencari referensi pada akhlak dan kepribadian Rasulullah saw. Karena Nabi Muhammad saw adalah sebaik-baik manusia di muka bumi ini. Pada dirinya terdapat uswatun hasanah (suri tauladan yang baik).

Beliau pernah bersabda kepada Ibnu Abbas ra. ketika mengajarkan beberapa perkara aqidah kepadanya, “Hai anak kecil, saya akan mengajarkan kepadamu beberapa perkataan: Jagalah Allah niscaya Dia akan menjagamu, jagalah Allah niscaya kamu akan mendapati Dia berada di depanmu, jika kamu meminta maka minta hanya kepada Allah dan jika kamu meminta pertolongan maka minta pertolongan hanya kepada Allah”. (HR. At-Tirmizi)

Dan beliau juga bersabda dalam masalah sholat: “Perintahkanlah anak-anak kalian untuk mengerjakan sholat ketika mereka berumur tujuh tahun dan pukullah mereka karena (mereka meninggalkan) nya ketika mereka telah berumur sepuluh tahun dan pisahkanlah mereka dalam tempat tidur”. Beliau pernah menegur Umar bin Abi Salamah ketika dia sedang makan, “Hai anak kecil, bacalah bismillah (sebelum makan), makanlah dengan (tangan) kananmu dan (mulailah) makan dari (makanan) yang terdekat denganmu”. (HR. Muslim)

Begitu perhatian Rasulullah saw kepada penanaman akhlak yang baik sejak dini, sehingga beliau tak segan menegur anak kecil. Meski kita semua tahu sifat anak kecil yang lebih suka bermain-main dan bercanda. Kita mungkin akan dibuat jengkel dan hilang kesabaran oleh perilaku anak yang mudah mengabaikan perintah. Tapi justru di sinilah iman kita diuji. Mendidik anak tak ubahnya mengukir di atas batu; sangat sulit dan membutuhkan waktu. Namun jika kita terus melakukannya dan tak kenal lelah, insya Allah ukiran kebaikan yang kita ajarkan kepada anak-anak akan terus membekas hingga dewasa!

Menanamkan Sifat-sifat Terpuji

Hal lain yang perlu ditekankan pada pembentukan karakter remaja Islami adalah penanaman sifat-sifat terpuji seperti: jujur, sabar, adil, bijaksana, amanah, rendah hati, welas asih kepada sesama, suka menolong, peka terhadap lingkungan, dan bertoleransi atas perbedaan yang ada. Muslim yang baik adalah pribadi yang tidak suka pada kekerasan, permusuhan, dendam, kebencian, atau mengobarkan api konflik kepada orang lain, apalagi kepada sesama muslim.

Allah Ta’ala berfirman: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya” (QS. Al-Maidah : 2). Di ayat lain Allah Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya Allah tidak akan menzholimi seseorang walaupun sebesar zarrah, dan jika ada kebajikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan melipat gandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar”. (QS. An-Nisa’: 40).

Rasulullah saw menekankan pentingnya menjaga diri dari perbuatan zalim atau menyakiti orang lain, terlebih kepada sesama muslim. Beliau bersabda: “Janganlah kalian saling hasad, janganlah kalian saling membenci, janganlah kalian saling membelakangi, janganlah seorang dari kalian membeli barang yang telah dibeli oleh orang lain, dan hendaklah kalian menjadi hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lainnya, ia tidak menzhaliminya dan tidak merendahkannya. Takwa itu disini (beliau menunjuk ke dadanya 3 kali), cukuplah seseorang dikatakan jahat jika dia menghinakan saudaranya sesama muslim. Setiap muslim dengan muslim lainnya adalah haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya”. (HR. Muslim)

Di hadist lain Rasulullah bersabda:“Hendaklah kalian berlaku jujur, sebab kejujuran itu mengantar kepada kebaikan dan kebaikan itu mengantar ke surga dan senantiasa orang itu berlaku jujur dan terus menerus berlaku jujur sehingga dicatat di sisi Allah selaku orang yang jujur. Dan janganlah kalian berlaku dusta, sebab dusta mengantar kepada kedurhakaan dan kedurhakaan itu mengantar kepada neraka, dan senantiasa orang yang berdusta dan terus menerus berdusta sehingga dicatat di sisi Allah sebagai pendusta”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Demikianlah beberapa pelajaran penting yang perlu diberikan kepada kaum remaja Islam di tanah air, sehingga mereka bisa menjaga diri dari perbuatan menzalimi diri sendiri maupun orang lain. Dengan menanamkan aqidah yang kuat pada diri seorang remaja Islam dan mengajarkan akhlakul karimah seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wassalam, niscaya perbuatan sesat dan merusak seperti; tawuran, mengkonsumsi narkoba, seks bebas, dan lain sebagainya bisa dihindari.

Semoga uraian di atas memberi manfaat kepada kita semua. Amin ya robba alamin!

Sumber : http://cyberdakwah.com/2013/06/menanamkan-akhlakul-karimah-pada-remaja-islam/#
BOGOR (Arrahmah.com) - Ratusan Mahasiswi Institut Pertanian Bogor yang tergabung dalam organisasi LDK Al Hurriyyah IPB dan Forum Silaturahim Dakwah Kampus (FSLDK) IPB bersama Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) IPB mengadakan aksi hari tutup aurat internasional di wilayah kampus Institut Pertanian Bogor, Jumat (14/2/2014).

Ketua LDK Al Hurriyyah IPB yang juga Koordinator FSLDK IPB, Amroyanu Habib mengatakan bahwa hari tutup aurat ini merupakan hari yang patut kita sambut bersama. Dengan diadakannya hari tutup aurat ini, diharapkan dapat memberi pemahaman dan motivasi kepada kita semua untuk menutup aurat sesuai syariat Islam.

“Salah satu tujuan diadakannya HTA adalah mengajak masyarakat khususnya mahasiwa IPB untuk berhijab syar’i” ujar Yesicca sebagai ketua pelaksana HTA, seperti dilaporkan Tatu Kulsum/Kastrat LDK Al Hurriyah kepada redaksi. 

Aksi damai yang dipimpin oleh Syarifah Nurul Aini sebagai koordinator lapangan dari kastrat LDK Al Hurriyyah ini diikuti sekitar 170 mahasiswa IPB. Aksi damai ini meliputi bagi-bagi jilbab, permen tausyiah, pembatas buku, stiker, dan artikel secara gratis di wilayah kampus IPB. Aksi ini dimeriahkan pula dengan sebuah jargon HTA yaitu we care, we share, and let’s cover the aurat.

Bersamaan dengan itu,  LDK Al Hurriyyah IPB bersama FSLDK IPB juga mengadakan penggalangan dana untuk korban bencana alam yang berada di wilayah Malang, Blitar, Kediri, dan sekitarnya akibat meletusnya gunung Kelud. Penggalangan dana ini merupakan salah satu bentuk kepedulian mahasiswa IPB terhadap korban bencana alam meletusnya gunung Kelud.

“Alhamdulillah dana yang terkumpul dari aksi kurang lebih Rp. 2.500.000.” pungkas koordinator akhwat LDK Al Hurriyyah IPB, Andin.

Nampaknya, terlepas dari aksi HTA, penggalangan dana untuk korban bencana alam masih akan dilaksanakan oleh LDK Al Hurriyyah IPB bekerjasama dengan Forum Silaturahim Dakwah Kampus (FSLDK) Indonesia.

Sumber : http://www.arrahmah.com/news/2014/02/15/ratusan-mahasiswi-aksi-hari-tutup-aurat-di-seputar-ipb.html
 
Bicara tentang pemuda berarti membicarakan diri kita sendiri, betul bukan? karna kita adalah pemuda, lantas apa yang menarik dari pemuda ini ? Kita adalah seorang generasi pemuda muslim yang harus memiliki karakter

Dan ada beberapa karakter yang harus dimiliki oleh setiap pemuda muslim adalah:
  • Berakhlaq mulia
  • Amanah
  • Memiliki rasa tnggung jawab
  • Memiliki dedikasi dan loyalitas yang tinggi

Untuk membangun  karakter generasi pemuda muslim yang berakhlak mulia, amanah, dan memiliki jiwa tanggung jawab, serta memiliki dedikasi dan loyalitas yang tinggi harus diawali dengan pendidikan tauhid (pengesaan kepada Allah SWT.) karna tauhid & keimanan adalah pondasi utama yang wajib di tanamkan dalam diri setiap pemuda muslim Allah SWT. Berfirman :

وَلاَ تَهِنُوْا وَلاَ تَحْزَنُوْا وَأَنْتُمُ الأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِـيْن
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu benar-benar beriman.” (QS Ali Imran: 139)

Sering kita jumpai beberapa fenomena-fenomena yang terjadi pada zaman sekarang ini, salah satunya adalah kerusakan akhlaq dan moral para remaja muslim yang itu semua didasari oleh kurangnya pendidikan ketauhidan serta keimanan seorang pemuda sehingganya mereka salah dalam memilih suatu perkara, yang mana perkara tersebut tanpa mereka sadari dapat menjerumuskan mereka kepada suatu lubang kemaksiatan, Rasulullah SAW adalah suri tauladan kita yang memiliki akhlaq yang begitu mulia sebagaimana Allah SWT berfirman :

وَاِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيْم
Sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berakhlaq tinggi dan berprilaku luhur(Q.S. Al-Qolam:4)

Dari ayat di atas bisa kita ketahui bahwasanya nabi Muhammad SAW adalah seorang pemuda yang memiliki akhlaq yang mulia, dan beliau juga adalah seorang pemuda yang sangat amanah dan bertanggung jawab sehingganya beliau mendapatkan gelar Al-Amin yaitu orang yang terpercaya, nah … seharusnya kita sebagai seorang pemuda muslim harus memiliki karakter yang dimiliki suri tauladan kita karna beliau adalah qudwah hasanah kita sebagaimana Allah SWT berfirman :

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسوالله اُسْوَةٌ حَسَنَة لِمَنْ كَانَ يَرْجُوْاالله وَاليَوْمِ الاخِر وَزَكَرالله كثيرًا
Sungguh telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu yaitu bagi orang-orang yang mengharapkan rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah (Q.S Al-Ahzab : 21)

Kuncinya adalah dengan iman. Keimanan kepada Allah akan melahirkan karakter kuat dalam diri seorang muslim. Dirinya ingin bebas, dan itu tercapai. Hidup sebagai seorang muslim memang betul-betul bebas dari kungkungan kekuatan manusia dari pihak manapun. Tak pandang bulu. Rasa takutnya, ketundukannya, kepatuhannya, hanya ditujukan kepada Allah semata. Dengan demikian, memang betul-betul terbukti, kaum muslim adalah orang-orang yang tinggi derajatnya. Sebab, mereka hanya menghambakan diri kepada Allah, Sang Pencipta, bukan kepada makhluk-Nya.
Abul A’la al-Maududi, seorang cendekiawan muslim asal Pakistan mengatakan,

“If you understand the true character of a Muslim, you will be convinced that he cannot live in humiliation, abasement, or subjugation. He is bound to prevail and no power on earth can overwhelm him or subdue him. For Islam inculcates in him the qualities which cannot be overshadowed by any charm or illusion.
(Jika anda memahami watak dasar seorang muslim, anda akan yakin bahwa ia tidak bisa hidup dalam keterhinaan, kerendahan, atau ketertindasan. Ia ditakdirkan untuk menang dan tak ada satu kekuatan pun di muka bumi yang bisa mengalahkan atau mengekangnya. Karena, Islam telah memasukkan sifat-sifat unggul dalam dirinya, yang tidak bisa dikaburkan oleh ilusi atau kekuatan magic apapun.)”

Kini, kaum Muslim berada dalam keterpurukan. Baik secara mental, spiritual, maupun material. Boleh dibilang, kaum muslimin, secara umum sedang mengalami keterpurukan multidimensi. Sejak runtuhnya khilafah islamiyah di tahun 1924, kaum muslimin seakan terendahkan, inferior di muka umat yang lain. Padahal, seharusnya mereka yang memimpin, bukan dipimpin dan ditindas. Di berbagai penjuru dunia, mereka jadi bulan-bulanan, ditekan dan dianiaya tanpa pembelaan berarti.
          
Maka dari itu Islam sangat membutuhkan pemuda-pemuda Islam  yang berkarakter tangguh dan tahan banting. Para pemuda yang siap menginfakkan harta dan diri mereka secara totalitas di jalan perjuangan Islam. Selagi fisik mereka prima, kemampuan mereka tengah pada puncak maksimal, mereka  persembahkan demi kemaslahatan Islam dan kaum Muslim. Bukan ketika usia telah renta tanpa daya dan tenaga, ketika kekuatan tinggal sisa-sisa. Allah memerintahkan kita,

”Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (QS al-Baqarah: 267)

Islam membutuhkan generasi pejuang seperti yang digambarkan oleh sahabat Khalid bin Walid Ra,

إِنَّ أُمَّةً يَزْدَحِمُ أَبْنَاءُهَا مِنْ أَجْلِ الشَّهَادَةِ لاَ تَعْرِفُ الْهَزِيْمَةَ
“Sebuah kaum yang generasinya berbondong-bondong memburu syahadah, tak kenal kata menyerah, kalah.”

Sekarang, kebutuhan kita adalah menjalankan sebuah program penting character building (membangun karakter). Membangun watak dan tabiat yang telah lama hilang. Mengingatkan kembali memori generasi baru akan kehebatan-kehebatan nenek-moyang mereka yang terbukti nyata dalam sejarah. Bukan sekedar isapan jempol. Kita harus menggali lagi sejarah emas umat Islam untuk melahirkan kembali individu-individu muslim unggulan.

Sumber : http://akbartanjn.blogspot.com/p/blog-page_6.html
Kalau kita berbicara mengenai karakter pemuda Islam saat ini, kita harus melihat dari berbagai sudut pandang. Nggak ketinggalan, yang akan kita bicarakan tuh pemuda Islam di Indonesia, Malaysia, Negara-negara Barat, ataukah Timur Tengah. Tapi baiklah, ayo kita lihat karakter pemuda Islam di negeri kita sendiri, Indonesia.

Indonesia, negara nasionalis yang disebut-sebut memiliki jumlah penganut agama Islam yang besar, nyatanya masih saja kita temui fenomena-fenomena ‘ganjil’ yang dilakukan oleh orang-orang yang terdaftar di KTP beragama Islam. Yang nggak kalah jadi sorotan adalah perilaku para pemudanya. Kalau kita melihat dari sudut pandang kemajuan teknologinya nih, weits..nggak boleh diremehin lagi tuh. Siapa sih yang nggak kenal dengan istilah Internet dan segala produknya? Mulai dari si mesin pencari pintar bernama google, jejaring sosial yang menawarkan banyak kenikmatan untuk berhubungan dengan orang-orang dari berbagai negara, dan game online. Kalau yang berbau reliji juga banyak sekali yang kita lihat, bahkan ada dari kita yang memanfaatkannya. Misalnya, Al-Qur’an digital, berbagai widget islami untuk komputer maupun situs kita, dll.
Tapi dari sudut pandang akidah nih, yang seperti dikatakan di atas, banyak “fenomena ganjil” terjadi pada para pemuda Islam di Indonesia. Memang tidak semua pemuda islam seperti itu. Insya Allah masih banyak pemuda Islam yang menjalankan Islam sesuai syariat. Tapi tidak sedikit juga yang Islamnya ngasal. Na’udzubillah... apa saja sih, fenomena ngasal yang terjadi pada pemuda Islam Indonesia saat ini?
 
Salah Kaprah Tentang Teknologi
Masyarakat Indonesia yang pernah menjadi jajahan Belanda selama berabad-abad lamanya ini, bisa dibilang “masih rawan”. Rawan dalam melihat “barang-barang” baru, rawan dalam berjalan di tengah arus modernisasi dan globalisasi, dan rawan dalam hal-hal lainnya. Bahkan banyak yang tidak tahu harus bagaimana menyikapi perubahan cepat yang terjadi, baik dari dalam maupun luar negeri. Seperti yang menjadi tradisi pemuda Indonesia, yang latah akan kemajuan teknologi. Lho, kok bisa? Iya, lihat saja banyaknya pengguna jejaring sosial di Indonesia. Tak terkecuali pengguna yang beragama Islam dan masih remaja. Jejaring sosial yang seharusnya bisa kita manfaatkan untuk berbagai hal-hal yang mencerdaskan, tapi banyak yang mengesampingkan. Jejaring sosial menjadi ajang untuk mencari pacar sekaligus berpacaran. Yup! Sebuah tindakan dengan level mendekati zina. Nah lo! Allah swt berfirman,

"Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk." (Q. S. Al Isra' : 32)

Yang lebih parah, jejaring sosial juga nggak luput digunakan sebagai ajang untuk ghibah, menggunjing, saling caci, mengeluh, marah-marah tidak jelas, dan perbuatan-perbuatan jauh dari kebaikan lainnya. Ngakunya Islam, kok masih tidak punya rasa malu untuk berbuat demikian? Ingat, kan, jejaring sosial itu diakses secara internasional. Bayangkan gimana jadinya kalau ada orang asing yang bukan beragama Islam melihat status-status tidak sopan kita? Bisa makin memperparah anggapan mereka tentang kejelekan Islam, kan?
Salah kaprahnya ada pada persepsi yang banyak diyakini oleh para remaja. Banyak pemuda Islam yang tidak mau ikut-ikutan gaya, bahkan ada yang tidak mempunyai akun jejaring sosial, dibilang gaptek. Ya, gagap teknologi. Begitu mudahnya budaya memvonis orang dilakukan di negeri ini. padahal kalau komputer atau gadget nge-hang sedikit, sudah kewalahan, pontang panting nyari bantuan. Itukah yang disebut remaja update teknologi? Apakah hanya orang-orang yang bisa bermain-main dalam jejaring sosial? Jawaban ada pada diri kita sendiri.

Salah kaprah dalam trend berbusana
Nah, kalau salah kaprah dalam kasus ini kebanyakan dialami oleh remaja muslimah. Demi keyakinan untuk terlihat lebih modis dan modern, banyak remaja muslimah jadi ikut-ikutan trend berbusana yang lagi naik daun saat ini. bahkan banyak buku-buku fashion diterbitkan dengan mengusung tema islami. Tapi, yang harus dikritisi adalah, tidak semua yang nge-trend dan modern itu syar’i dan benar untuk kita, kan? Contohnya, beberapa bulan lalu, kerudung model Paris sempat laris manis di pasaran. Pembelinya dari remaja sampai dewasa. Banyak remaja muslimah memakainya juga sewaktu sekolah. Tapi mirisnya, jilbab paris berbahan tipis dan ransparan itu tidak dilapis dengan kerudung lain pemakaiannya. Akbiatnya, sia-sia saja upaya menutup aurat. Sampai saat ini pun jilbab paris masih banyak digunakan, tapi lebih di modifikasi. Rambut yang seharusnya tidak kita tampakkan, malah sengaja diikat tinggi agar membentuk kerudung. Padahal, Allah swt berfirman,

“...perempuan-perempuan yang berpakaian tap telanjang, serong dan menyeerongkan, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Mereka tidak bisa masuk surga dan merasakan baunya..” (Hr. Ahmad dan Muslim)

Salah kaprah tentang berbagai paham yang berkembang
Salah satu paham yang paling polpuler di kalangan pemuda Islam adalah “paham Islam garis keras”. Paham garis keras yang biasanya disebut masyarakat sebagai akarnya terorisme, memang tidak bisa mentolerir perbedaan keyakinan maupun pemikiran. Memang tujuannya adalah mendakwahkan islam di muka bumi ini sekaligus berjihad, tapi apakah bisa kita mengorbakan nama Islam sebagai agama kekerasan, yang tidak bisa hidup aman berdampingan dengan warga lainnya yang non-Islam? Karena kita diciptakan disertai tugas untuk menjaga 2 hubungan, yaoitu hablumminallah (hubungan dengan Allah) dan hablumminannas (hubungan dengan manusia). Jadi selama non muslim tsb tidak memerangi kita, maka kita dilarang untuk memerangi mereka. Ayat Al-Quran tentang toleransi beragama pun sudah sering kita dengar, dalam surat Al-Kafirun ayat 6,

“Untukmulah agamamu, dan untukkulah agamaku” (Qs. Al-kafirun:6)

Terlepas dari kesalahkaprahan pemuda Islam di atas, kita harus bersyukur karena saat ini banyak pula pemuda Islam lebih peduli pada agama ini. Buktinya, organisasi Rohis makin banyak peminatnya, forum-forum pemuda muslim pun makin digemari, dan banyak pemuda Islam mengukir prestasi yang mengharumkan nama Indonesia pada kompetisi akademik maupun non-akademik. Yang paling penting adalah refleksi pada diri sendiri, mencoba membangun karakter pemuda Islam yang akhirnya bisa patut diacungi jempol dalam karya-karyanya. Selamat membangun karakter! :)

Sumber : http://rosstar-smanstar.blogspot.com/2012/10/pemuda-islam-jangan-sampai-ngasal.html
Welcome to My Blog

Popular Post

Blogger templates

- Copyright © Islam Zone -Robotic Notes- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -